AL-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Melalui perantaraan malaikat Jibril secara berangsur-angsur yang mana dalam
Al’Qur’an dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Naas.
Dan ulumul Qur’an adalah merupakan beberapa ilmu yang membahas tentang
persoalan-persoalan yang muncul dalam al-Qur’an tersebut, baik ia dari segi
Ashabun Nuzulnya. Kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an Munasabah dan
sebagainya.
Artikel ini akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan munasabah. Dapat kita ketahui Munasabah secara etimologis berarti
kedekatan atau kemiripan. Dan secara istilah Munasabah adalah ilmu al-Qur’an
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar ayat atau surat dalam al-Qur’an secara keseluruhan dan
latar belakang penempatan tartib ayat dan suratnya. Maka, untuk mengetahui
hubungan satu ayat atau surat
dengan yang lainnya dibutuhkan suatu pengetahuan yang memang benar-benar bisa
mencari makna yang tersimpan dalam al-Qur’an.
A.
Pengertian Munasabah Al-Qur’an
Munasabah secara etimologis, berarti kedekatan
(Al-Mukarabah) dan kemiripan atau keserupaan (al-Musyakalah). Ia juga bisa
berarti hubungan atau persesuaian secara terminologis, munasabah adalah ilmu
al-Qur’an yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar ayat atau surat dalam Al-Qur’an secara
keseluruhan dan latar belakang penempatan tertib ayat dan suratnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa munasabah merupakan
sebuah ilmu yang digunakan untuk mengetahui alasan-alasan penertiban
bagian-bagian dari Al-Qur’an. Bahkan pendapat lain mengatakan Munasabah
merupakan usaha pemikiran manusia dalam menggali rahasia hubungan antar surat atau ayat yang
diterima akal. Dengan demikian, ilmu ini menjelaskan aspek-aspek hubungan
antara beberapa ayat atau surat
Al-Qur’an baik sesudah maupun sebelumnya. Hubungan tersebut bisa berupa
hubungan antara am (umum) dan khas (khusus), antara yang asbtrak dan yang
konkrit, antara sebab dan akibat, antara yang rasional dan yang irrasional atau
bahkan antara duahal yang kontradiktif.[1]
Dan dalam buku yang lain, munasabah menurut bahasa
berarti “ ” berhampiran,
bertautan, seperti munasabah dalam illad pada qiyas berarti sifat yang
berhampiran (hampir sama) untuk menetapkan hukum.
Munasabah pada istilah adalah ilmu yang membahas
persesuaian antara satu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Atau antara
satu surat dengan surat sebelum dan sesudahnya. Sehingga
al-Qur’an seperti “satu kalimat”.[2]
Ulama yang mula-mula menyatakan ilmu munasabah adalah
Al Syaikh, Al Imam Abu Bakar Al Naisaburi. ( )
Adapun yang menjadi kriteria (ukuran) dalam
menerangkan macam-macam munasabah ini dikembalikan kepada derajat keseuaian
(tamatsul atau tasyabuh) antara
aspek-aspek yang dibandingkan. Jika munasabah itu terjadi pada masalah masalah
yang satu sebabnya dan ada kaitan antara awal dan akhirnya, maka munasabah ini
dapat dipahami dan diterima akal. Sebaliknya, jika munasabah itu terjadi pada
ayat-ayat yang berbeda sebab dan masalahnya tidak ada keserasian antara satu
dengan yang lainnya, maka hal itu tidak dikatakan berhubungan (tanasub), karena
sebagian ulama mengatakan:
“Munasabah adalah suatu urusan (masalah) yang dapat dipahami, jika ia dikemukakan terhadap akal, niscaya akal menerimanya.”
Sehubungan dengan penjelasan diatas, dapat dikatakan
bahan pengetahuan tentang munasabah termasuk ijtihad mufassir, bukan fawqify
(Petunjuk Nabi), buah penghayatannya terhadap kemukjijatan al-Qur’an dan
rahasia retorika (ma’na) yang dikandungnya.
B.
Cara Mengetahui Munasabah
Sebagaimana kita ketahui munasabah adalah keterkaitan
atau persesuaian antara satu ayat dengan ayat sebelm dan sesudahnya atau antara
satu surat dengan surat sebelum dan sesudahnya, sehingga
Al-Qur’an seperti “Satu Kalimat”.
Dan munasabah dalam al-Qur’an sangat banyak, ada
beberapa cara untuk dapat mengetahui munasabahatau persesuaian ayat atau surat dalam al-Qur’an
sebagai berikut:
1. Antara ayat atau surat
yang satu dengan yang lainnya membahas masalah yang sama. Contohnya surah
al-Ikhlas dengan surah al-Kafirun, yang mana munasabahnya adalah kedua surat tersebut sama-sama
membicarakan keesaan Allah SWT sehingga tidak boleh ada toleransi dalam hal
keimanan dan peribadatan.
2. Adanya huruf yang memunasabahkan ayat tersebut. Contoh
dalam surah al-Baqaroh ayat 189, yaitu:[3]
Meskipun kelihatannya penggal ayat pertama tidak berhungan dengan ayat
pertama tidak berhubungan dengan ayat kedua tapi sebenarnya kedua penggalan
ayat tersebut saling berhubungan yaitu penggalan ayat tersebut saling
berhubungan yaitu penggalan ayat pertama Allah menyuruhumat mengurus urusannya
jangan mengurus yang bukan urusannya karena akan mempersulit diri sendiri, dan
penggalan kedua Allah menyuruh manusia melakukan pekerjaan menurut keharusannya
jangan sebaliknya, jadi munasabahnya adalah kedua suruhan yang ada dalam ayat
tersebut merupakan tanda seseorang yang bertaqwa.
3. Tidak menggunakan kalimat penghubung, wajah
munasabahnya memerlukan penelitian mendalam. Contoh surah al-Kautsar dan surah
al-Ma’un masing-masing sebagai surat
yang sudah lengkap berisi petunjuk tersendiri. Tapui setelah diteliti lebih
mendalam ternyata kedua surat
ini berkaitan erat, munasabahnya adalah:
Ayat-ayat pada surat
al-Ma’un menjelaskan 4 macam sifat orang-orang munafiq yaitu kikir,
meninggalkan sholat, riya dan enggan membayar zakat. Sedangkan ayat-ayat pada
surah al-Kautsar memberantas sifat-sifat orang-orang munafiq yaitu menyuruh
bersifat pemurah karena Allah, berkekalan mengerjakan solat jangan riya dan
menyuruh berkurban.
C.
Macam-Macam Munasabah
Ditinjau dari sifatnya, munasabah terbagi kepada dua
bagian, yaitu:
1.
Zhahir al-Irtibath (persesuaian nyata).
Munasabah ini terjadi karena bagian al-Qur’an yang
satu dengan yang lainnya tampak jelas dan kuat disebabkan kuatnya kaitan
kalimat yang satu dengan yang lain. Deretan beberapa ayat yang menerangkan
sesuatu materi ituterkadang ayat yang satu berupa penguat, penafsiran,
penyambung, penjelas, pengecualian atau pembatas dengan ayat lain, sehingga
semua ayat itu tampak sebagai satu kesatuan yang utuh. Misal, kelanjutan ayat 1
dari surat
al-Isra’ yang menjelaskan diturunkannya kitab Taurat kepada Nabi Musa, memiliki
hubungan yang erat, keduanya sama-sama membicaraka tentang utusan Allah.
2.
Khafiy al-Irtibath (Persesuaian tidak nyata)
Munasabah ini terjadi karena antara bagian-bagia
al-Qur’an tidak ada kesesuaian, sehingga
tidak tampak adanya hubungan diantara keduanya, bahkan tampak
masing-masing ayat atau surat berdiri sendiri, baik karena ayat-ayat yang
dihubungkan dengan ayat lain. Misalnya, hubungan antara ayat 189 dan ayat 190
dari surat al-Baqoroh ayat 189 menjelaskan tentang bulan sabit (hilal), tanggal
untuk tanda waktu dan untuk jadwal ibadah haji. Sedangkan ayat 190 menjelaskan
perintah menyerang kepada orang-orang
yang menyerang umat islam. Sepintas, kedua ayat tersebut tidak ada
relevansinya. Padahal kalau dicermati dapat diketahuimunasabahnya, yaitu pada
waktu haji, umat islam dilarang berperag, kecuali kalau diserang musuh, mereka
perlu melakukan balasan.
Adapun munasabah ditinjau dari segi materilnya, terbagi
dua bagian, yaitu:
1)
Munasabah antar ayat:
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa ayat Al-Qur’an disusun
berdasarkan tawqify Nabi. Adanya susunan ayat demikian mengandung kedalaman
makna dari uslub al-Qur’an. Misalnya munasabah antara ayat 2 dan 3 surat Al-Baqoroh.
Berdasarkan dua ayat tersebut, ayat pertama menjelaskan peranan al-Qur’an dan
hakikatnya bagi orang-orang bertaqwa, sedanngkan ayat kedua menjelaskan
karakteristik dari orang-orang bertakwa.
2)
Munasabah antar Surat
Sebagaimana halnya munasabah antar ayat al-Qur’an, munasabah antar surat al-Qur’an memiliki
rahasia tersendiri. Ini berarti susunan surat
al-Qur’an disusun dengan berbagai pertimbangan logis dan filosofis menurut
perspektif manusia) yang mengacu kepada kerangka aksioma al-Qur’an.
Munasabah antar surat
ini mencakup
a. Hubungan antara permulaan surat
dan penutupan surat dengan surat sebelumnya. Misalnya permulaan Surat al-Qur’an memiliki relevansi dengan penutupan surat al-Maidah dalam hal
antara hamba dan balasan.
b. Hubungan antara dua surat
dalam soal materinya, yaitu materi surat yang
satu sama dengan materi surat
yang lain. Misalnya munasabah antara isi kandungan surat
al-Baqoroh sama dengan kandungan surat
Al-Fatihah. Keduanya sama-sama menjelaskan tentang akidah, ibadah, Muamalah,
kisah dan janji dan ancaman.
c. Hubungan antara permulaan dan akhir surat . Misalnya munasabah antara permulaan surat shad dan penutupnya
yang menceritakan kisah orang kafir
d. Hubungan antara kata dan sistematika ayat. Para ulama telah mewajibkan menempatkan setiap kata seperti
susunan yang ada dalam masing-masing ayat.
D.
Contoh-Contoh Munasabah al-Qur’an
1.
Surah al-Kafirun , yaitu sutu ayat menyempurnkan ayat
sebelumnya
2.
Surah at-Takasur, yaitu suatu ayat menguatkan ayat
sebelumnya
3.
Surah al-Zalzalah, yaitu suatu ayat yang memunasabahkan
dua ayat yang berlawanan
4.
Surah al-Qori’ah, yaitu suatu ayat yang menafsirkan ayat
sebelumnya
Contoh lainnya, yaitu permulaan suratal-Hadid mempunyai munasabah dengan
penutup surat
al-Waqi’ah yaitu:
“Maha suci Allah apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi”.
“Maka bertasbihlah dengan nama TuhanMu yang agung.”
Munasabah dari kedua surat
tersebut menerangkan tentang kemahakuasaan Allah dan karenanya segala puji
hanya patut dipersembahkan kepadaNya.
Ayat pada permulaan surah al-Baqarah
Adalah sebagai jawaban tentang shirotol
mustaqim yang terdapat pada surah al-Fatihah yakni hidayah yang diminta
sebagai shirotol mustaqim tersebut adalah al-Kitab (al-Qur’an) yang isinya
tidak diragukan lagi.
Munasbah 8 juga terdapat pada surah al-Anfal ayat 5 dan 6, yaitu
“Sebagaimana
Tuhanmu menyuruhmu keluar dari rumahmu dengan kebenaran”
“Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudahnya (Bahwa mereka pasti
menang)” kedua ayat tersebut sama-sama menerangkan tentang kebenaran.
E. Urgensi Mempelajari Ilmu Munasabah al-Qur’an
Berbicara tentang munasabah ini para ulama berbeda
pendapat ada yang pro kontra. Diantara para ulama yang mendukung munasabah ini
adalah al-Buqa’iy. Ia sebagai dikutip Musthafa Muslim, mengatakan bahwa ilmu
munasabah sangat penting ia merupakan ilmu yang agung. Menurut Zarkasy ilmu
munasabah menjadikan bagian-bagian kalam saling menguatkan antara satu dengan
lainnya. Ilmu ini menurut al-Raziy, sangat bernilai tinggi selama dapat
diterima akal. Sedangkan tokoh tafsir yang menentang keberadaan munasabah
adalah mahmud Syaiful dan al-Stahiby yang menganggap percuma usaha mencari
hubungan apa yang ada diantara ayat dan surat
dalam al-Qur’an.
Harus diakui bahwa ayat-ayat dan surat-surat dalam
al-Qur’an tidak dapat dipisah-pisahkan, karena itu diperlukan pengetahuan
tentang hubungan diantara ayat dan surat
tersebut. Dalam hal ini izzud al-Din ‘Abd al-salam mengatakan bahwa ketika
menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya disyaratkan agar
tepat dengan hal-hal yang benar-benar berkaitan, baik di awal maupun diakhir.
Penguasaan seseorang dalam munasabah akan mengetahui
mutu dan tingkat kebalagahan al-Qur’an dan konteks kalimatnya antara yang satu
dengan yang lain. Korelasi antar ayat akan menjadikan keutuhan yang indah dalam
tata bahasa al-Qur’an, yang jika dipenggal keindahan itu akan hilang. Ini bukti
bahwa al-Qur’an betul-betul mukjizat dari Allah bukan kreasi Muhammad. Disini
jelas bahwa pengetahuan tentang munasabah dapat memudahkan orang dalam memahami
makna ayat dan suarat al-Qur’an secara utuh.
Dan diantara buku yang lain urgensi dalam mempelajari
ilmu munasabah al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.
Tanpa mengetahui munasabah ayat maka banyak ayat
al-Qur’an yang putus hubungan antara satu sama lain
2.
dengan ilmu munasabah seseorang musafir lebih mudah
melihat/menemukan berbagai hikmah dan rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat
al-Qur’an.
3.
Dengan ilmu munasabah maka ayat al-Qur’an mudah
menghubungkannya sehingga merupakan satu mata rantai yang sambung menyambung
menjadi satu.
4.
Dengan ilmu munasabah dapat dilihat berbagai keindahan
Al-Qur’an baik dalam segi perbandingan antara suatu kisah atau kejadian dengan
keadaan umat yang sedang dihadapi meupun menghubungkan suatu masalah dengan
masalah lain.
Memperhatikan aneka ragam ilmu munasabah tersebut dapat dipahami bahwa
ilmu ini sangat erat kaitannya dengan Tafsir ayat-ayat al-Qur’an lebih-lebih
dalam ilmu munasabah ada pengkajian bahwa terkadang suatu ayat disempurnakan
oleh ayat berikutnya dan ada pula yang ditafsirkan oleh ayat lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa munasabah menurut bahasa
adalah berhampiran, bertautan dan menurut istilah adalah yang membahas
persesuaian antara satu ayat atau surat
yang sebelum dan sesudahnya.
1.
Tanpa mengetahui munasabah ayat maka banyak ayat qur’an
yang putus hubungan antara satu sama lain
2.
Dengan ilmu munasabah seorang mufassir lebih mudah
menemukan berbagai himah dalam rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an.
3.
Dengan ilmu munasabah dapat dilihat berbagai keindahan
al-Qur’an baik dari segi kisah atau kejadian-kejadian yang ada didalamnya.
[1] Supiana
dkk, Ulumul Qur’an (Jakarta ,
Pustaka Islamika, 2002). Hlm. 151
[2] Mahabat
Siregar, Diktat Ulumul Qur’an.
(Padangsidimpuan: STAIN, 1997). Hlm. 51
[3] Ibid,
hlm. 55-57
0 Response to "ILMU MUNASABAH AL-QUR'AN"
Post a Comment
Kritik dan sarannya dipersilahkan...! No pising, no spam, tidak singgung sara.... :)
"bagikan komentar berpahala, tidak berkomentar tidak berdosa."