Image Adopted from felixiauw.com |
Siapakah yang harus disalahkan? Zaman yang semakin tak menentu sehingga hal-hal yang dulu tabu kini dikerjakan dengan terang-terangan, atau pengaruh budaya luar yang semakin permisif sehingga kalau orang berbuat dosa itu dianggap urusan mereka sendiri?
Pergaulan kota menular ke desa, laki-laki dan perempuan bergaul sesukanya tanpa ada kontrol atau sanksi sosial. Dulu, berjalan berdua saja orang berlawanan jenis sudah membuat ribut seluruh desa, para tetua lantas mengingatkan orangtua mereka agar tidak menebar dosa kalau tidak ingin desa mereka dilaknat Allah SWT.
Tapi sekarang? Malim i dohot Para Ulama seperti kehilangan kata dan wibawa, orangtua tak punya otoritas untuk menegur ketika anaknya mulai melakukan penyimpangan. “Mereka kan sudah kuliah, tentu sudah mengerti mana yang benar dan salah,” itu salah satu alasannya.
Yang namanya manusia, apalagi yang masih berjiwa muda, kalau tidak ada yang menegur atau membimbing, rentan akan bujuk rayu setan. Perbuatan dosa adalah hasil dari kegigihan setan yang tanpa lelah menggoda anak manusia, tapi biasanya dari awal bisa dideteksi. Kalau manusia tegas memotongnya dari awal, perbuatan itu bisa dicegah. Namun, kalau dibiarkan, akan terus berlanjut menjadi dosa besar.
Pergaulan kota menular ke desa, laki-laki dan perempuan bergaul sesukanya tanpa ada kontrol atau sanksi sosial. Dulu, berjalan berdua saja orang berlawanan jenis sudah membuat ribut seluruh desa, para tetua lantas mengingatkan orangtua mereka agar tidak menebar dosa kalau tidak ingin desa mereka dilaknat Allah SWT.
Tapi sekarang? Malim i dohot Para Ulama seperti kehilangan kata dan wibawa, orangtua tak punya otoritas untuk menegur ketika anaknya mulai melakukan penyimpangan. “Mereka kan sudah kuliah, tentu sudah mengerti mana yang benar dan salah,” itu salah satu alasannya.
Yang namanya manusia, apalagi yang masih berjiwa muda, kalau tidak ada yang menegur atau membimbing, rentan akan bujuk rayu setan. Perbuatan dosa adalah hasil dari kegigihan setan yang tanpa lelah menggoda anak manusia, tapi biasanya dari awal bisa dideteksi. Kalau manusia tegas memotongnya dari awal, perbuatan itu bisa dicegah. Namun, kalau dibiarkan, akan terus berlanjut menjadi dosa besar.
DOSA TERBESAR SETELAH SYIRIK
Perzinaan adalah perbuatan yang diharamkan dan sangat dibenci oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’anul Karim,وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ فَـٰحِشَةً۬ وَسَآءَ سَبِيلاً۬ (٣٢)“Dan janganlah engkau mendekati zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (QS Al-Isra: 32).
Al-Imam Al-Qurtuby dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan, sudah jelas Allah SWT melarang hamba-Nya untuk berbuat zina dan mendekati hal-hal yang menyebabkan perzinaan, juga melakukan hal-hal yang mengundang perzinaan. Jadi ayat di atas mencakup hukum diharamkannya segala hal yang berkaitan dengan perzinaan. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa kalimat La taqrabu (Jangan engkau dekati) lebih luas daripada La ta’tuhuu (Jangan engkau lakukan), karena mencakup semua hukum yang berkaitan dengan perzinaan.
Sekarang coba kita renungkan. Jangankan melakukan, mendekati saja sudah diharamkan oleh Allah. Melakukan hal-hal yang mengundang perzinaan juga diharamkan. Apalagi melakukan perzinaan. Seperti yang dilakukan oleh tokoh dalam kisah ini. Sungguh suatu perbuatan yang sangat dimurkai oleh Allah SWT.
Dan di dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa setelah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT daripada perzinaan.” Di dalam hadits ini Rasulullah SAW menempatkan zina sebagai dosa terbesar yang dilakukan oleh manusia setelah perbuatan syirik.
Tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa perzinaan masih banyak terjadi, bahkan tidak sedikit orang yang menganggap bahwa perzinaan adalah sesuatu yang lumrah. Na’udzu billah!
______________________________Ketika Zina Menjadi Hal Biasa, sourch Majalah-Alkisah.Com
0 Response to "KETIKA PERZINAHAN MENJADI HAL BIASA"
Post a Comment
Kritik dan sarannya dipersilahkan...! No pising, no spam, tidak singgung sara.... :)
"bagikan komentar berpahala, tidak berkomentar tidak berdosa."