Gejala dan Cara Mengatasi Cucumber Mosaic Virus

Gejala Terkena Cucumber Mosaik Virus

Gejala Cucumber Mosaic Virus jarang terlihat dalam bibit mentimun. Tanda mulai terlihat sekitar enam minggu pertumbuhan. Daun menjadi berbintik-bintik dan keriput. Tepi melengkung ke bawah. Pertumbuhan menjadi terhambat pada bunga atau buah. Ketimun diproduksi setelah infeksi cucumber mosaic virus sering berubah abu-abu putih dan disebut 'putih acar'. Buah ini sering pahit dan membuat acar lembek.
Mosaik Virus image id.wikipedia.com
Mosaic Virus dalam tomat dibuktikan dengan pertumbuhan terhambat, namun lebat. Daun mungkin muncul sebagai campuran bertotol hijau tua, hijau muda, dan kuning dengan bentuk terdistorsi. Kadang hanya bagian dari tanaman terpengaruh dengan buah normal jatuh tempo pada cabang-cabang yang tidak terinfeksi. Infeksi awal biasanya lebih parah dan akan menghasilkan tanaman dengan hasil yang rendah dan buah kecil.
Peppers juga rentan terhadap Cucumber Mosaic Virus. Gejala termasuk daun berbintik-bintik dan pertumbuhan terhambat, gejala mosaik lain dengan buah menunjukkan bintik-bintik kuning atau coklat.

Cara Mengatasi Cucumber Mosaik Virus

Gambar daun terjangkit mosaik virus -
en.wikipedia.com
Meskipun botanis dapat memberitahu kita apa yang menyebabkan Cucumber Mosaik Virus, mereka belum menemukan obatnya. Pencegahannya sulit karena waktu yang singkat antara saat terjangkit kutu virus secara bersama. Musim kontrol kutu awal dapat membantu, tetapi Cucumber Mosaic Virus tidak menjumpai cara pengobatan saat ini. Hal ini menyarankan bahwa jika tanaman mentimun Anda dipengaruhi oleh Cucumber Mosaic Virus, mereka harus segera disingkirkan dari kebun atau dengan perawatan dari awal.

Virus berbeda dengan patogen dari golongan jamur, bakteri, atau nematoda yang dapat diatasi dengan aplikasi pestisida. Sampai saat ini, belum ditemukan bahan kimia yang secara ekonomi dapat menghentikan infeksi virus dalam tanaman inang. Namun, beberapa peneliti mulai mencari peluang penggunaan bahan-bahan yang mungkin bisa bersifat antivirus, seperti sabun dan susu. Raoetal.(2004) mencoba menggunakan sabun Dettol, Margo,dan Neem dengan konsentrasi 50 dan 100 ppm untuk mengendalikan CMV. Hasilnya ternyata Margo dan Neem pada konsentrasi 100 ppm mampu menghambat infeksi masing-masing 90,5% dan 90% pada kalus tembakau yang terinfeksi CMV.
Kumar (2006) mempraktekkan penggunaan suspensi susu sapi segar (4S) selama 2 tahun pada la han petani dan berhasil menurunkan serangan kerupuk pada cabe. Benih cabe direndam dalam 4S 50% (susu: air= 1:1) selama 24 jam kemudian di salut dengan Trichoderma viride (6 g/kg benih). Bedengan diberi T. viride (10 g/m2). Pada saat transplanting, bibit cabe direndam kembali dengan 4S (15%) selama 20 menit. Mulai 20 hari setelah transplanting tanaman disemprot dengan 4S (15%) 4 kali dengan interval 15 hari. Namun peluang penggunaan untuk CMV belum pernah dicoba. Demikian juga penggunaan sabun dalam skala luas (lapang). Oleh karena itu pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus perlu dilakukan melalui pendekatan pengelolaan penyakit secara terpadu (Semangun, 1993; Sitepu, 1993). Beberapa tindakan pengendalian penyakit karena virus menurut Akin (2006) pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi:
  1. penghilangan sumber inokulum,
  2. penghindaran sumber infeksi,
  3. pengendalian vektor virus,
  4. perlindungan tanaman dengan strain lemah (proteksi silang),dan
  5. penggunaan tanaman transgenik.

 

1. Penghilangan Sumber Inokulum

Penggunaan benih atau bibit tanaman bebas virus merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghindarkan terjadinya epidemi penyakit virus.Serangga vektor virus selalu ada di lapangan, maka usaha menghilangkan tanaman terinfeksiperlu dilakukan untuk menghindari terjadinya epidemi penyakit virus. Sanitasi perlu dilakukan terhadap sumber infeksi dilapangan yang berupa gulma, tanaman inang alternatif, sisa tanaman,dan tanaman kepras. Sanitasi bertujuan membersihkan sumber inokulum dengan cara mencabut tanaman sakit maupun tanaman inang lainnya kemudian dimusnahkan, membersihkan peralatan dan tangan pekerja di lahan yang terserang virus dengan detergen (Dalmadiyo dan Yulianti, 2006).
Usaha menghilangkan sumber infeksi dapat dilakukan dengan:
  • Menghilangkan gulma dan tanaman inang lainnya (Semangun, 1989) Beberapa virus mempunyai tanaman inang berupa gulma yang berada disekitar tanamanyang dibudidayakan. Menurut Akin(2006) CMV mempunyai inang alternatif lebih dari 845 spesiestermasuk gulma yang ada disekitar tanaman utama.
  • Tanaman sisa dari musim sebelumnya merupakan sumber infeksi yang potensial untuk tanaman baru, sehingga perlu dimusnahkan (eradikasi). Tanaman yang terinfeksi virus dalam suatu pertanaman harus dihilangkan untuk menghindari terjadinya penularan pada tanaman lain yang masih sehat. Eradikasi tanaman sakit ini lebih efektif dilakukan pada saat tanaman masih muda.

2. Menghindari Sumber Infeksi

Menghindari sumber infeksi merupakan salah satu cara untuk mengurangi terjadinya epidemi penyakit. Beberapa tindakanyang dapat dilakukan untuk menghindari sumber infeksi adalah sebagai berikut:
  • Melakukan pergiliran tanaman, dengan cara tidak menanam tanaman sejenis secara terus menerus, hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit agar tidak terjadi epidemi penyakit.
  • Menanam pada areal yang terisolasi, hal ini lebih diarahkan untuk memproduksi benih atau bibit yang bebas virus.
  • Menjaga agar tanaman tetap sehat (higienis) untuk menghadapi serangan penyakit terutama virus yang stabil.
  • Penggunaan benih dan bibit yang bebas virus yang berarti meniadakan sumber infeksisehingga bisa menunda terjadinya epidemi penyakit virus di lapangan.
  • Menghindari vektor, khusus untuk kebun pembibitan, pemilihan lokasi yang bebas vektor virus merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan benih yang bebas virus.

3. Penggunaan Varietas Tahan

Pengendalian dengan menggunakan varietas yang tahan merupakan cara yang paling efektif, efisien, mudah penerapannya,dan dapat dikombinasikan dengan teknik pengendalian yang lainnya (Hadiastono, 1986; Melton, 1998). Akan tetapi penggunaan varietas tahan harus mempertimbangkan teknik budidaya, pascapanen,dan prosesingnya sehingga mutu dapat diterima oleh pasar. Varietas H 894 bersifat agak tahan terhadap CMV (Susilowati etal.,1992b), dan mutunya sesuai sebagai bahan ombladdan filler(Suripno dan Yulianti,2006). Penggunaan varietas yang tahan terhadap CMV merupakan salah satu cara yang efektif untuk pengusahaan tembakau cerutu karena sampai dengan saat ini belum ada pestisida yang bisa mematikan virus secara langsung. Kesulitan utama dalam mengembangkan varietas yang tahan yaitu apabila timbul strain virus baru yang lebih virulen sehingga daya tahan (toleransi) terhadap virus menjadi berkurang bahkan bisa jadi rentan. Varietas yang tahan terhadap strain virus tertentu pada suatu daerah belum tentu tahan untuk daerah lainnya (Mathews, 1970).

4. Pengendalian Vektor

Menurut Gonzalves dan Garnsey (1989) penyakit CMV dapat ditularkan secara mekanis, oleh lebih dari 60 jenis kutu daun secara nonpersisten, termasuk Myzus persicaedan Aphis gossypii, serta melalui biji beberapa tanaman inang.
Penularan penyakit CMV di lapang lebih ditentukan oleh aktivitas serangga vektor dan tersedianya sumber inokulum. Pengisapan virus nonpersisten, secara singkat yang dilakukan oleh kutu daun yang bersayaplebih berperan dalam menyebarkan penyakit dibanding serangga yang tidak bersayap dan membentuk koloni pada tanaman tembakau. Upaya pengendalian vektor dapat dilakukan secara kimiawi (pestisida) maupun nonkimiawi.
  • Pengendalian serangga vektor yang dapat menularkan penyakit virus sulit dilakukan karena berupa hama. Populasi serangga vektor yang sedikit saja sudah dapat menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap epidemi penyakit. Penggunaan insektisida sistemik lebih disarankan untuk mengendalikan serangga vektor,karena dapat bertahan lama dalam jaringan tanaman sehingga vektor akan mati bila mengisap jaringan tanaman. Aplikasi insektisida lebih efektif digunakan untuk mengendalikan vektor virus yang mempunyai sifat persisten dibanding yang nonpersisten. Vektor virus nonpersisten penularan virusnya berlangsung cepat dan singkat, sehingga penggunaan insektisida tidak banyak berpengaruh.
  • Pengendalian secara nonkimiawi dapat dilakukan dengan cara: penggunaan tanaman pembatas (barrier crop), mulsa berefleksi, dan menggunakan minyak mineral.
Penggunaan tanaman pembatasmenurut Akin (2006) dapat menurunkan intensitas penyakit 80%, karena vektor virus tertahan dalam tanaman tersebut sehingga kehilangan infektivitasnya. Mulsa plastik yang mengkilat dapat digunakan untuk mengendalikan kutu daun yang merupakan salah satu vektor virus. Penggunaan minyak mineral yang disemprotkan pada permukaan daun dapat mengendalikan kutu daun.

5. Pengendalian Dengan Proteksi Silang

Tindakan pengendalian virus dengan proteksi silang dilakukan dengan penggunaan isolat lemah suatu virus, yang bertujuan untuk melindungi tanaman dari kerusakan super infeksi strain ganas (Homma, 1990). Strain lemah ini menurut Akin (2006) dapat diperoleh dengan cara mutasi, penularan melalui inang atau vektor selektif dan seleksi dari populasi alamiah strain virus yang ada di lapang.Akan tetapi mekanisme proteksi silang ini sampai saat ini masih belum banyak dilakukan.

6. Pengendalian Dengan Tanaman Transgenik

Terdapat dua tipe ketahanan tanaman transgenik terhadap virus yaitu 1) ketahanan yang khas terhadap virus asal gen dan 2) ketahanan spektrum luas yaitu mempunyai sifat ketahanan terhadap virus lainnya. Akan tetapi penggunaan tanaman transgenik dalam usaha tani tembakau terutama tembakau cerutu mendapat penolakan dari pasar sehingga belum dapat dilakukan

3 Responses to "Gejala dan Cara Mengatasi Cucumber Mosaic Virus"

Kritik dan sarannya dipersilahkan...! No pising, no spam, tidak singgung sara.... :)
"bagikan komentar berpahala, tidak berkomentar tidak berdosa."

Lisensi Creative Commons