Download Makalah Hereditas Pada Manusia

“Like parents, like children”. Begitulah pepatah yang menyatakan bahwa seorang anak umumnya memiliki kemiripan dengan orang tuanya. Secara biologis, pepatah tersebut ilmiah karena seorang anak selalu mewarisi gen dari kedua orang tuanya. Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara fisik maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip tentang gen dan pewarisan sifat modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Johnn Mendel. Mendel mempelajari sifat yang diturunkan pada tanaman buncis dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori tersebut menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-gen dari kedua orang tuanya.

Pewarisan sifat dan kombinasi antargen, tak jarang menghasilkan gen yang kurang diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinisme. Gen yang kurang diinginkan tersebut dapat dihindari dengan mempelajari pohon keluarga yang merepresentasikan pewarisan sifat antar generasi. Penurunan sifat dapat terjadi melalui perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan antara dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda disebut persilangan. Sifat beda ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di turunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hereditas?
2. Bagaimana sejarah hereditas?
3. Apa sajakah istilah-istilah dalam hereditas?
4. Apa bunyi dan bagaimanakah cara penerapan hukum mendel?
5. Apa dan Bagaimanakah hereditas pada manusia itu diwariskan?
6. Bagaimana cara menghindari kelainan yang bersifat menurun pada manusia?

Daftar Isi Makalah Hereditas Pada Manusia
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Ilmu Genetika Pada Manusia
B. Jenis Kelamin 
C. Kelainan dan Penyakit Menurun 
D. Golongan Darah
E. Menghindari Penyakit Menurun 
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran 
DAFTAR PUSTAKA


> Download makalah disini:
atau

> Preview:


> Script

BAB II
PEMBAHASAN
A. PERANAN ILMU GENETIKA PADA MANUSIA
Ilmu genetika memberikan peranan yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan manusia. Banyak varietal hewan dan tumbuhan Baru yang chhasilkan dan aplikasi ilmu genetika. Bahkan banyak pennasalahan yang menyangkut tubuh manusia, seperti penyakit dan kelainan yang selama i ii dianggap sebagai penyakit kutukan Tuhan, ternyata dapat dipecahkan dengan aplikasi ilmu genetika. Namun, penggunaan manusia sebagai objek penelitian oleh para ahli seringkali mengalami kesukaran. Beberapa hal yang menyebabkannya yaitu sebagai berikut.
1. Tidak mudah untuk menjadikan manusia sebagai objek penelitian, terutama apabila yang diteliti cacat atau memiliki kelainan karakter pada tubuhnya atau pada keluarganya.
2. Sulit sekali peneliti menganjurkan orang, agar mau menuruti kemauan atau harapannya. Hal tersebut karena rendahnya pemahaman tentang kemungkinan memiliki keturunan yang cacat, jika memilih pasangan hidup yang carrier.
3. Manusia termasuk jenis makhluk hidup yang mempunyai keturunan relatif sedikit sehingga data yang didapat dari perbandingan karakter tertentu sangat kecil. Secara statistika hal ini tidak memenuhi syarat.
4. Umur manusia dan daur hidupnya panjang sehingga penelitian memerlukan waktu panjang, karena data yang akurat sangat diperlukan.
Oleh karena kesukaran-kesukaran tersebut, genetika manusia (human genetic) dipelajari dengan menggunakan cara-cara lain, yaitu sebagai berikut.
1. Pedigree (peta silsilah) adalah catatan asal-usul suatu sifat dari nenek moyang hingga anak cucu selama beberapa generasi berturut-turut. Perhatikan Gambar 5.1!
2. Meneliti genetika pada hewan yang mungkin mempUnyai sifat atau karakter yang dapat diterapkan pada manusia. 
3. Mempelajari peristiwa penurunan sifat pada anak kembar.
Gambar 5.1 Peta silsilah (pedigree) beberapa generasi. Dad peta silsilah ini kita dapat mengetahui sifat-sifat menurun. Baik penderita maupun carrier beberapa penyakit yang diturunkan, seperti buta warna dan hemofilia
Pada anak kembar, sering ditemukan adanya persamaan sifat sehingga dapat dipelajari peristiwa penurunannya. Berdasarkan kejadiannya, kembar ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Kembar identik (Gambar 5.2a), yaitu individu-individunya berasal dari satu zigot (satu sel telur yang dibuahi oleh satu sel sperma). Pada tahap awal pembelahan, zigot itu membelah menjadi sel yang terpisah dan masing¬masing berkembang menjadi individu barn sehingga individu-individu tersebut memiliki sifat-sifat yang hampir sama.
2. Kembar fraternal atau kembar biasa (Gambar 5.2b), yaitu individu-individunya berasal dari dua zigot yang berbeda (dua sel telur dibuahi oleh dua sel sperma) sehingga sifatnya agak berbeda.
Gambar 5.2 (a) Kembar identik dan (b) kembar fraternal
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa tidak ada dua individu yang sama persis walaupun kembar siam. Mengapa demikian?
B. JENIS KELAMIN
Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Kita telah mengetahui bahwa kromosom tersebut terbagi menjadi autosom dan kromosom seks. Jenis kelamin pada manusia, ditentukan oleh sepasang kromosom seks. Kromosom X untuk perempuan dan kromosom Y untuk laki-laki. Susunan kromosom perempuan bersifat homogametik (XX), sedangkan susunan kromosom seks laki-laki bersifat heterogametik (XY).
Pada pembentukan garnet (pembelahan meiosis), seorang perempuan hanya akan menghasilkan satu macam sel garnet, yaitu kromosom X, sedangkan
 laki¬laid akan menghasilkan dua macam sel garnet yang mengandung kromosom X dan kromosom Y. Autosom dibagi ke dalam jumlah yang sama, yaitu 22 pasang untuk setiap garnet.
Perhatikan Gambar 5.3! Jenis kelamin anak, ditentukan oleh ayah karena ibu hanya menghasilkan satu macam sel garnet. Dengan demikian, seorang ibu akan memberikan jenis kromosom seks yang sama, baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan. Sementara itu, seorang ayah akan memberikan kromosom X kepada anak perempuan dan kromosom Y kepada anak
Gambar 5.3 Terjadinya anak laki-laki atau anak perempuan, tergantung pada kromosom seks pada sperma dan sel telur
Sekarang Anda pasti sudah mengerti bahwa seorang ayah dan ibu mem-berikan seperangkat gen kepada setiap keturunannya. Apabila seorang ayah atau ibu memiliki kelainan atau penyakit yang disebabkan oleh gen maka terdapat kemungkinan penyakit tersebut juga akan diturunkan Akan tetapi, apakah orang tua yang cacat akan selalu memiliki anak yang cacat?
C. KELAINAN DAN PENYAKIT MENURUN
Kelainan atau cacat tubuh dan penyakit yang diwariskan oleh orang tua kepada anak-anaknya, dapat terjadi karena adanya perubahan susunan gen yang tidak sempurna. Kelainan genetik jarang dijumpai dalam masyarakat karena merupakan penyimpangan sifat umum manusia normal, sedangkan penyakit menurun disebabkan karena disfungsi geri dalam mengatur fisiologi tubuh. Penyakit menurun umumnya bersifat resesif sehingga hanya akan muncul pada orang yang homozigot resesif. Orang yang heterozigot bersifat normal carrier pembawa sifat). Penyakit yang sifatnya menurun, mempunyai ciri-ciri tidak dapat disembuhkan, tidak menular, biasanya dikendalikan oleh gen resesif, dan dapat dicegah agar tidak terjadi pada generasi berikutnya.
Kelainan atau penyakit yang diturunkan dapat diwariskan melalui autosom maupun kromosom seks (sex linkage F. tertaut seks). Pewarisan melalui kromosom dapat melalui kromosom X dan Y. Kelainan atau penyakit yang diwariskan melalui autosom, misalnya albinisme dan gangguan mental. Kelainan atau penyakit yang diwariskan melalui kromosom X adalah buta warna, hemofilia, tidak bergeraham, ompong, dan tidak beremail. Kelainan yang terangkai melalui kromosom Y, yaitu hypertrichosis.
1. Kelainan atau Penyabit Menurun yang Tidak Tertaut Seks
a. Albinisme
Kelainan ini dikendalikan oleh gen resesif yang tidak tertaut seks. Penderita albinisme (Gambar 5.4) tampak seperti orang bulai, yaitu kulit dan rambutnya putih serta pigmen kulitnya putih (melanin). Kelainan albino mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1) Pigmentasi (pewarnaan) kulit dan organ tubuh lainnya tidak normal.
2) Mempunyai penglihatan yang sangat peka, terutama terhadap cahaya ber-intensitas tinggi.
Gambar 5.4 Penderita albinisme
Seorang anak yang albino dapat lahir dari salah satu pasangan, yaitu suami istri normal yang keduanya heterozigot, suami normal heterozigot istri albino, atau suami istri yang keduanya albino. Jika sepasang suami istri keduanya normal, tetapi mempunyai anak albino maka dapat dipastikan bahwa pasangan tersebut heterozigot (carrier).
Contoh:
Gen P adalah gen yang menyebabkan terjadinya pigmentasi, alelnya p adalah gen yang menyebabkan tidak terjadinya pigmentasi (Gambar 5.5 dan 5.6).
1) Pasangan ♂ normal heterozigot x ♀ heterozigot.
2) Pasangan ♀ albino x ♂ normal heterozigot.
Ada dugaan bahwa sifat albino tidak hanya dikendalikan oleh sepasang alel resesif, tetapi dapat terjadi karena peristiwa polimeri. Jadi, ada lebih dan sepasang alel yang berlainan, bersama-sama memunculkan karakter albino. Apabila pasangan alel yang menimbulkan albino ada dua maka genotipe orang albino p1p1p2p2. Sedangkan genotipe P1p1p2p2, P1p1P2p2, dan seterusnya akan normal selama ada gen P.
Gambar 5.5 Albinisme yang terjadi antara pasangan normal heterozigot ♂ dan ♀
Gambar 5.6 Albinisme yang terjadi dari perkawinan antara albino ♀ dan heterozigot ♂
b. Gangguan Mental
Gangguan mental terdiri atas debil, imbisil, dan idiot. Sifat menurun ini dikendalikan oleh gen resesif tidak tertaut seks. Orang yang mengalami gangguan mental, antara lain mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1) Menunjukkan gejala kebodohan.
2) Reaksi refleksnya lamban.
3) Rambut dan kulit kekurangan pigmen.
4) Umumnya tidak berumur panjang.
5) Jarang mempunyai keturunan.
6) Apabila air urinenya diberi larutan ferioksida 5% akan menghasilkan warna hijau kebiruan. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam urinenya terdapat senyawa derifat fenilketonuria (FKU).

Pada orang normal, senyawa FKU tidak ditemukan pada urinenya. Adanya senyawa FKU, disebabkan tidak adanya enzim tertentu yang bertugas mengubah fenilalanin menjadi tirosin.
Umumnya, seorang anak yang mengalami gangguan mental berasal dan pasangan yang keduanya normal heterozigot. Perhatikan Gambar 5.7!


Gambar 5.7 Gangguan mental yang terjadi dari perkawinan ♀ dan ♂ heterozigot
c. Brachydactyly (Jari Pendek)
Penderita brachydactyly memiliki jari-jari yang pendek karena tulang¬tulang falanges (ruas jari)-nya penilek. Hal tersebut disebabkan oleh gen dominan (B). Apabila gen-gen ini berada dalam keadaan homozigot dominan (BB) akan letal atau mati, dalam heterozigot (Bb) menderita brachydactyly. sedangkan dalam keadaan homozigot resesif (bb) adalah normal.
Diagram 5.1 Brachydactyly
d. Cystinuria
Cystinuria terjadi karena terlalu banyak ekskresi asam amino sistein yang sukar larut sehingga terjadi penimbunan yang membentuk batu ginjal. Kelainan ini terjadi secara semidominan. Individu homozigot dominan adalah penderita berat. Individu heterozigot mengekskresikan sistein tetapi tidak membentuk batu ginjal, sedangkan homozigot resesif adalah normal.
Diagram 5.2 Cystinuria
e. Akondroplasia
Akondroplasia disebabkan oleh tidak terbentuknya secara benar tulang rawan penyusun rangka tubuh. Akondroplasia merupakan penyebab kekerdilan. Penderita akondroplasia mempunyai ciri-ciri ukuran kepala normal-besar, lengan dan kaki yang pendek, tinggi tubuh lebih kurang 1,2 meter. Individu akondroplasia memiliki genotipe homozigot dominan (KK) dan heterozigot (Kk), sedangkan individu yang tidak kerdil bersifat homozigot resesif (kk). Perhatikan Gambar 5.8 ! Apabila terjadi perkawinan individu akondroplasia akan menghasilkan 75% individu akondroplasia dan 25% individu yang normal.
Gambar 5.8 (a) Penderita akondroplasia  (b) akondroplasi yang terjadi antara individu akondroplasia heterozigot
2. Kelainan atau Penyakit Menurun yang Tertaut Seks 
a. Buta Warna
Penyakit buta warna ditentukan oleh gen resesif yang tertaut seks, kromosom X. Penyakit buta warna yang dikenal saat ini adalah sebagai berikut.
1) Buta Warna Parsial (Sebagian)
Penderita buta warna parsial hanya tidak dapat mengenal warna tertentu saja, misalnya buta warna merah atau buta warna hijau.
2) Buta Warna Total 
Penderita buta warna total tidak dapat membedakan semua jenis warna cahaya. Dalam penglihatannya, alam ini hanya tampak seperti film hitam putih saja.
Karena sifat buta warna terpaut pada kromosom X, kemungkinan genotipe orang yang normal dan buta warna dapat dibedakan seperti tampak pada Diagram 5.3.
Diagram 5.3 Sifat Buta Warna Tertaut pada Kromosom 2) Buta Warna Total
Berdasarkan diagram tersebut, perempuan terdiri atas tiga genotipe dan dua fenotipe, sedangkan pria terdiri atas dua genotipe dan dua fenotipe. Sehingga dapat dibuat pula diagram tipe perkawinannya seperti tampak pada Diagram 5.4.
Diagram 5.4 Tipe Perkawinan pada Masyarakat yang Ada Kemungkinan Penderita Buta Warna
Bagaimana kemungkinan keturunan dari tiap-tiap tipe perkawinan di atas?
a) Tipe perkawinan 1: kedua orang tuanya normal (XX x XY) sehingga tidak ada seorang anak pun yang buta warna. Baik laki-laki dan perempuan semua normal.
b) Tipe perkawinan 2 : wanita normal (XX) dan pria buta warna (XebY) (Gambar 5.9).
 Gambar 5.10 Perkawinan ♀ normal dan ♂ buta warna
Berdasarkan keterangan di atas, ternyata sifat buta warna yang dimiliki ayah akan diwariskan kepada seluruh anak perempuannya. Jadi, kalau seorang laki-laki buta warna kawin dengan seorang perempuan normal, tidak seorang pun anak laki-lakinya buta warna, akan tetapi seluruh anak perempuannya carrier.
c) Tipe perkawinan 3: ibu carrier (XXcb) dan bapak normal (XY).
Diagram 5.5 Perkawinan  ♂ Normal dan ♀ Carrier
Berdasarkan Diagram 5.5, dapat disimpulkan bahwa ke-mungkinan hasil perkawinan antara wanita carrier dengan pria normal adalah sebagai berikut:
a. 25% perempuan normal (nomor 1);
b. 25% perempuan carrier (nomor 3) atau 50% anak perempuannya adalah normal dan 50% lainnya carrier;
c. 25% laki-laki normal (nomor 2);
d. 25% laki-laki buta warna (nomor 4) atau 50% dari anak lelakinya normal dan 50% lainnya buta warna.
Jadi, kalau sepasang suami istri normal, kemudian melahirkan anak laki 
laki buta warna, sifat buta warna tersebut diwariskan dari ibunya (dibawa
oleh ibunya).
d) Tipe perkawinan 4: ibu carrier (XXcb) dan bapak buta warna (XcbY).
Kemungkinan hasil perkawinannya adalah sebagai berikut:
a) XX" = perempuan carrier = 25% (no. 1);
b) Xdi''cb = perempuan buta warna = 25% (no. 3) atau 50% dari anak perempuannya carrier dan 50% lagi buta warna;
c) XY = laki-laki normal = 25% (no. 2);
d) X"Y = laki-laki buta warna = 25% (no. 4) atau 50% dan anak laki-lakinya normal dan 50% lagi buta warna
Diagram 5.6 Perkawinan Carier dan Buta Warna
Berdasarkan uraian di atas, pewarisan sifat buta warna adalah sebagai berikut:
1) Ayah yang buta warna akan mewariskan pada seluruh anak perempuan dan tidak kepada anak laki-lakinya.
2) Seorang ibu yang buta warna, apabila melahirkan anak laki-laki maka seluruhnya akan buta warna.
3) Apabila pasangan suami istri normal, kemungkinan memiliki anak laki-laki buta warna maka dapat dipastikan bahwa sifat buta warna tersebut diwarisi dari ibunya.
4) Seorang perempuan buta warna dapat lahir dari pasangan ibu carrier dan bapak buta warna, atau bapak ibu yang keduanya buta warna.
5) Laki-laki penderita buta warna lebih banyak dijumpai daripada wanita.
b. Hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan pada darah di mana darah yang keluar dari pembuluh sukar membeku. Orang pertama yang diduga mempunyai gen penyebab hemofilia adalah Ratu Victoria dari Inggris (Gambar 5.10).
Gambar 5.11 Peta silsilah memperlihatkan keadaan berulangnya penyakit hemofilia di dalam keluarga raja Eropa yang diturunkan dari Ratu Victoria
Hemofilia disebabkan oleh gen resesif yang tertaut pada kromosom X. Bila XH adalah gen untuk sifat normal, dan Xh adalah mengandung gen hemofilia, maka kemungkinan genotipe perempuan dan pria normal ataupun hemofilia adalah tampak seperti pada Diagram 5.7.
Diagram 5.7 Kemungkinan Genotipe Orang yang Normal dan yang Hemofilia
Perempuan hemofilia hanya ada secara teoretis. Mengapa demikian? Seorang perempuan hemofilia letal, mungkin sudah mati sejak masih dalam kandungan, yaitu pada saat masih berbentuk embrio. Oleh sebab itu, tidak pernah dijumpai perempuan yang menderita hemofilia. Dengan demikian, pada wanita yang hidup ada dua variasi genotipe dengan 1 fenotipe, sedangkan pada pria ada 2 genotipe dengan 2 fenotipe.
Berdasarkan hal tersebut, kita dapat menentukan berbagai tipe perkawinan hemofilia. Perhatikan Diagram 5.8!
Diagram 5.8 Berbagai Tipe Perkawinan Penyebab Hemofilia
Bagaimana kemungkinan anak-anak dari tipe-tipe perkawinan tersebut? 
1) Tipe perkawinan 1: ibu normal (XHXH) dan ayah hemofilia (XhY). Kemungkinan anak-anaknya adalah 50% laki-laki carrier dan 50% perempuan normal. (Gambar 5.12)
Gambar 5.12 Hasil perkawinan ibu normal dan ayah hemofilia
2) Tipe perkawinan 2: ibu carrier (XHXh) dan ayah normal (X"Y). Sifat hemofilia yang dibawa oleh seorang ibu, muncul pada sebagian anak lelakinya, tetapi tidak seorang pun anak perempuannya yang hemofilia. (Gambar 5.13)
Gambar 5.13 Hasil perkawinan ibu carrier dan ayah normal
Keterangan:
(a) XHXH = perempuan normal = 25%
(b) XHXh = perempuan normal = 25%
(c) XHY = laki-laki carrier = 25%
(d) XhY = laki-laki hemofilia = 25%
3) Tipe perkawinan 3: ibu carrier (XHXh) dan ayah hemofilia (XhY), hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5.14.
Gambar 5.14 Hasil perkawinan ibu carrier dan ayah normal hemofilia
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Seorang laki-laki hemofilia dapat lahir dari pasangan ibu carrier x bapak normal, dan dari ibu carrier x bapak hemofilia.
2) Seorang ayah yang hemofilia tidak akan mewariskan sifat hemofilia kepada anak laki-lakinya, tetapi akan mewariskan sifat hemofilia kepada seluruh anak perempuannya.
D. GOLONGAN DARAH
Penggolongan darah ditentukan berdasarkan pada aglutinogen (antigen) tertentu di dalam sel darah merah. Adanya antigen tersebut dalam sel darah merah bersifat menurun, sebab dikendalikan oleh gen. Bersntein (Jerman) dan Furuhata (Jepang) pernah mengemukakan hipotesis bahwa hanya ada sepasang gen pada setiap individu yang bertanggung jawab atas golongan darah.
Kita mengenal beberapa sistem penggolongan darah, di antaranya adalah sistem ABO, sistem MN, dan sistem Rhesus (Rh).
1. Penggolongan Darah Sistem A, B, 0
Menurut sistem ini golongan darah manusia dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut.
a. Golongan darah A, apabila dalam sel darah merahnya terdapat antigen A. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen 1A.
b. Golongan darah B, apabila dalam sel darah merahnya terdapat antigen B yang munculnya dikendalikan oleh gen 1B
c. Golongan darah A dan B, apabila dalam sel darah merahnya terdapat antigen A dan B, yang masing-masing munculnya dikendalikan oleh gen 1A dan 1B
d. Golongan darah 0, apabila dalam sel darah merahnya tidak terdapat antigen A atau B. Keadaan ini timbul karena dikendalikan oleh gen 1o yang bersifat sensitif, baik terhadap gen 1A maupun gen 1B.
Perhatikan Tabel 5.1!
Tabel 5.1 Antigen dan Gen pada Darah Manusia
Jadi, gen 1A dan 1B adalah dua gen yang bersifat kodominan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat tabel hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe, dan kemungkinan sel gametnya (lihat Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Hubungan Antara Fenotipe Golongan Darah Sistem A, B, O, Genotipe, dan Kemungkinan Macam Garnet
Dengan memerhatikan tabel di atas maka dapat pula dibuat tabel golongan darah orang tua, beserta golongan darah yang mungkin dan golongan darah yang tidak mungkin pada anak-anaknya.
Tabel 5.3 Golongan Darah Orang Tua dan Kemungkinan atau tidak Mungkin pada Golongan Darah Anak-anaknya
Fenotipe
Golongan Darah
Orang Tua Kemungkinan
Golongan Darah
Anak-anaknya Golongan Darah
yang Tidak
Mungkin Ada
0 x 0 0 A, B, AB
0 x A A, 0 B, AB
0 x B 0, B A, AB
0 x AB A, B 0, AB
A x A A, 0 B, AB
A x B A, B, AB, 0  
A x AB A, B, AB 0
B x B B, 0 A, AB
B x AB A, B, AB 0
AB x AB A, B, AB 0

2. Penggolongan Darah Menurut Sistem M, N
Pada tahun 1927, Landsteiner dan Lavine menemukan adanya golongan darah manusia yang disebut golongan M, MN, dan N, yang masing-masing disebabkan oleh adanya antigen M, MN, atau N.
Antigen ini tidak membentuk zat anti (aglutinin), sehingga apabila ditransfusikan dari golongan yang satu ke golongan yang lain tidak akan menimbulkan gangguan. Tetapi, apabila antigen tersebut disuntikkan ke dalam tubuh kelinci, serum kelinci akan membentuk zat antinya. Dengan demikian, apabila serum kelinci yang mengandung zat anti ini disuntikkan ke dalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan.
Adanya antigen M ditentukan oleh gen IM, adanya antigen MN ditentukan oleh IM dan IN, sedangkan adanya antigen N ditentukan oleh gen 1N. Berdasarkan hal tersebut, macam fenotipe, genotipe, dan kemungkinan macam garnet dari orang yang bergolongan M, MN, atau N dapat diketahui. Perhatikan Tabel 5.4!
Tabel 5.4 Hubungan Antara Fenotipe Golongan Darah Sistem M, N Genotipe, dan Kemungkinan Macam Garnet
Fenotipe
Golongan Darah Genotipe Kemungkinan
Macam Sel Garnet
M I M I M IM
N I N I N I N
MN I M I N I M, ,  I N
3. Sistem Rhesus
Pada tahun 1946, Landsteiner dan A.S. Weiner menemukan antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini juga ditemukan dalam sel darah merah manusia. Berdasarkan ada atau tidaknya antigen rhesus ini, darah manusia dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
a. golongan Rh+, apabila dalam sel darah merahnya ditemukan antigen rhesus;
b. golongan Rh-, apabila dalam sel darah merahnya tidak ditemukan antigen rhesus.
Adanya antigen Rh di dalam darah, dikendalikan oleh gen Irh yang dominan terhadap sehingga genotipe orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan. Perhatikan Tabel 5.5!
Tabel 5.5 Genotipe Orang Menurut Sistem Rh
Fenotipe Genotipe Macam Sel Garnet
Rhesus+ IRhIRh , IRhIrh IRh , Irh
Rhesus- Irh Irh Irh
Seorang ibu yang Rh+ dapat mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+. Anaknya mungkin akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan darah karena faktor Rh
Gambar 5.15 Kemungkinan penyakit erythroblastosis fetalis pada anak yang dikandung dari ibu yang bergolongan darah Rh- dan ayah bergolongan darah Rh+
Seorang ibu yang bergolongan Rh- apabila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apa pun dan mungkin lahir dengan selamat. Akan tetapi, apabila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir dengan selamat, artinya tidak mengalami
gangguan karena sistem Rh ini. Setelah bayi ini lahir, dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti-Rh. Zat anti-Rh ini akan terus meningkat. Apabila ibu tersebut mengandung anak kedua yang bergolongan Rh+ maka anak tersebut akan mengalami penyakit anemia berat yang disebut erythroblastosis fetalis. Hal tersebut dapat terjadi karena zat anti-Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran darah anaknya, sehingga zat anti-Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh yang menyebabkan penggumpalan pada darah janin. Namun, hal tersebut dapat ditolong dengan cara mengganti seluruh darahnya melalui transfusi.
E. MENGHINDARI PENYAKIT MENURUN
Gen yang membawa penyakit menurun pada manusia sukar dilacak. Oleh karena itu, cara untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai penyakit atau kelainan menurun atau tidak, dapat dipelajari dengan pedigree atau peta silsilah.
Menghindari munculnya penyakit menurun pada generasi berikutnya adalah sangat penting. Mengapa demikian? Apabila setiap keluarga terdiri atas individu-individu sehat maka seluruh masyarakat akan sehat pula.
Menghindari penyakit atau kelainan menurun dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
1. Hindarilah perkawinan antara sesama keluarga yang masih delat hubungan darahnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya rekombinasi gen-gen yang menimbulkan cacat atau penyakit yang bersifat resesif.
2. Sedapat mungkin janganlah mengawini orang-orang yang sakit jiwa atau mengalami gangguan mental, seperti idiot, debil, dan imbisil.
3. Kenali silsilah keluarga calon pasangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gregor Johnn Mendel, merupakan orang yang pertama kali mempelajari, mengamati serta  melakukan percobaan tentang pewarisan sifat, dengan menggunakan tanaman kacang ercis ( Pisum sativum).Dari percobaan tersebut dihasilkanlah hukum-hukum mendel yang merupakan dasar didalam mempelajari tentang pewarisan sifat, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.
Pewarisan sifat pada manusia diwariskan melalui kromosom autosomal dan gonosom. Baik secara dominan maupun resesif, homozigot maupun heterozigot..
B. Saran
Hereditas merupakan suatu bahan pelajaran penting yang patut kita pelajari dan mengerti. Mengapa? karena didalam hereditas kita akan dapat memahami dan mengerti  tentang bagaimana sifat dari induk itu bisa diturunkan kepada anak, bagaimana suatu penyakit itu bisa menurun dari generasi pertama kegenarasi berikutnya serta bagaimana cara menghindari penyakit menurun yang tidak kita inginkan terjadi atau dialami oleh generasi kita selanjutnya..
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, Herni.2009.Biologi untuk SMA & MA Kelas XII, Jilid 3. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ferdinand.P, Fictor.,Ariebowo, Moekti.2009.Praktis belajar biologi3.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rachmawati, Faidah.,Urifah, Nurul.,Wijayati, Ari.2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Rochmah, Siti Nur.,Widayati, Sri.,Miah, Mazrikhatul.2009.Biologi SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjino. 2009.Biologi kelas XII untuk SMA dan MA/Langkah Sembiring.  Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
W.Ferial, Eddyman.2013.Biologi Reproduksi.Jakarta: Erlangga.

Semoga Makalah Biologi tentang Metabolisme ini dapat bermanfaat sebagai tugas sekolah ataupun sekedar bahan referensi.

0 Response to "Download Makalah Hereditas Pada Manusia"

Post a Comment

Kritik dan sarannya dipersilahkan...! No pising, no spam, tidak singgung sara.... :)
"bagikan komentar berpahala, tidak berkomentar tidak berdosa."

Lisensi Creative Commons