REALITAS KONTEMPORER ISLAM DAN KERAGAMAN AUSTRALIA

Perkembanagan dakwah Islam pada era kontemporer merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari gerakan dakwah di dunia Islam yang di mulai sejak agama Islam yang di bawakan oleh Nabi Muhammad SAW pada periode klasik dan pada periode-periode selanjutnya yakni periode pertengahan dan periode moderen.
Sekedar mengingat akar sejarah perjalanan pergerakan dakwah di dunia Islam, pada periode klasik wilayah dakwah di mulai dari seluruh wilaya jazirah arab kemudian meluas hingga seluruh belahan dunia timur dan barat yaitu menguasai seluruh asia, afrika dan eropa kemudian menyebar pula hingga ke amerika dan  australia.
Australia adalah suatu benua yang terletak di Samudera Pasifik. Australia merupakan Negara anggota pesemakmuran Inggris yang berpenduduk 16.090.000 jiwa, dan 0,5% dari penduduk tersebut menganut agama Islam. The Commonwealth of Australia merupakan federasi dari enam Negara bagian,yaitu New South Wales, Victoria, Queensland, Australia Selatan, Australia Barat, dan Tasmania.[1]
Kepala negaranya adalah ratu Inggris yang diwakili oleh gubernur jenderal, dan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri, penduduk aslinya adalah suku Aborigin. Setidaknya ada dua pendapat tentang masukannya Islam ke Australia, yaitu yang disebarkan oleh muslim Indonesia dan muslim Afganistan.[2]
Menjadi komunitas yang ditetapkan berdasarkan identitas keagamaan, masyarakat Muslim Australia merupakan masyarakat yang paling beragam secara etnis atau secara ras, dengan anggota dari berbagai latar belakang etnis dan ras.

Pengertian Islam Kontemporer

Kontemporer artinya dari masa atau waktu ke waktu. Sejarah Islam kontemporer yaitu suatu ilmu yang mempelajari kebudayaan Islam pada masa lampau dari waktu ke waktu yang dimulai dari masa Rasulullah. Menurut bahasa (etimologi), Islam kontemporer adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAWpada masa lampau dan berkembang hingga sekarang.
Menurut istilah (terminologi), Islam kontemporer adalah untuk mengkaji Islam sebagai nilai altenatif baik dalam perspektif interpretasi, tekstual maupun kajian kontekstual mengenai kemampuan Islam memberikan solusi baru kepada temuan-temuan di semua dimensi kehidupan dari masa lampau hingga sekarang.
Setiap pemeluk agama yang taat memilih sikap menjauhi fanitesme buta dan membangun ketaatannya berdasarkan pengetahuan yang benar terhadap agama-agama yang di peluk. Selain itu, ia pun harus memiliki kesadaran yang utuh akan aspek-aspek universal yang terkandung dalam setiap agama.
Cara untuk mengubah pola pikir yang berorientasi pada kemajuan perkembangan zaman yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam:
  1. Memberikan pandagan dan pengetahuan umat Islam yang memiliki keterkaitan kepada salah satu mazhab untuk kembali pada sumber hukum asli, yakni Al-Qur’an dan Hadis.
  2. Memberikan pandangan dan pengetahuan bahwa ajaran Islam menekan pada keseimbangan antar persoalan duniawi dan ukhrowi.
  3. Memberikan pandangan bahwa untuk memahami prinsip ajaran sosial kemasyarakatan, bukan pada pilihan antara Islam harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman atau perkembangan zaman yang harus menyesuaikan Islam.  Tetapi pilihan yang paling tepat terletak pada suatu keyakinan bahwa Islam tidak meletakkan prinsip ajarannya sesuai dengan semangat perkembangan umat manusia.
  4. Menyesuaikan fiqih Islam terhadap kebutuhan masyarakat.
  5. Memberikan pandangan bahwa fiqih hasil kajian ulama masa lampau, ada yang tidak relevan lagi dengan kehidupan masa kini, atau belum diadakan kajian pada waktu itu.
  6. Memperhatikan dalam bidang pendidikan.
  7. Pendidikan harus mampu berperan aktif menuju ke arah pembinaan SDM.
  8. Umat Islam harus dibekali rasa ukhuwah Islamiyah agar tidak saling baku hantam.

Masuknya Islam di Australia

Sejarah masuknya Islam ke Australia dimulai dari interaksi pertama nelayan yang berasal dari Sulawesi selatan (Indonesia) dengan penduduk asli bagian utara Australia (Aborigin) pada sekitar tahun 1750. Tidak banyak jumlah muslim yang tinggal di Australia saat itu, sampai pada sekitar tahun1860 serombongan pengembala onta berasal dari Afganisthan dating ke Australia menambah jumlah muslim yang tinggal diaustralia. Pada abad ke 19 Australia mempunyai banyak daerah/tanah yang kaya akan sumber daya alam yang belum tereksploitasi sebagian tanah dari tersebut berupa padang pasir dengan temperatur yang sangat tinggi dengan sedikit sumber mata air. Onta merupakan binatang ideal untuk kondisi tersebut, maka pada tahun 1840 seorang bernama Horrick memasukkan atau mengimport pertama kali onta ke Australia, dia ingin membandingan onta dan kuda sebagai hewan pengankat barang di padang pasir, tetapi isi ini gagal. Kelompok onta datang selanjutnya pada tahun 1860 sebanyak 24 ekor onta. Dengan mencoba mempergunakan onta sebagai hewan pengangkut.[3]
Islam masuk ke Australia pada abad ke 19, Islam dibawa oleh para pengembara dari afganistan yang setiap melakuakan perjalanan hanya berbekal tikar untuk shalat. Para pengembara afghanistan akhirnya mampu membangun masjid di broken hill dan new south wales dari bahan kayu. selanjutnya ke kota perth ibu kota australia barat dan adelaide ibu kota australia tengah. tahun 1924 pendatang dari albania sebagai pentani tembakau di australia utara meningkatkan perkembangan Islam disana. Kemudian setelah selesai perang dunia ke II orang orang yugoslavia yang belajar di australia tengah di pimpin oleh imam ahmad saka lebih menggiatkan pembangunan masjid masjid adelaide sebagai pusat aktivitas keagamaan. Menurut catatan statistik tahun 1975 australia berpenduduk 13.130.000 orang yang 1% (132.000) beragama Islam.[4]
Premier Australia Barat, Alan Carpenter MLA pernah mengatakan, bahwa kedatangan Islam sudah ada sejak 1860 seiring dengan mulai dipekerjakannya para penunggang unta asal Afghanistan dalam ekspedisi keluarga Burke dan Wills. Alan Carpenter menyebut masjid paling pertama dibangun di ausltralia justru berada di Perth. Sejak masjid pertama yang didirikan tahun 1905 untuk menampung jamaah muslim Afghanistan yang bekerja sebagai penunggang unta dan muslim India yang bekerja sebagai pengusaha, kini terdapat setidaknya 10 masjid di perth.

Populasi Australia Berdasarkan Agama dan Etnis

Australia, resminya Persemakmuran Australia, adalah sebuah negara di belahan selatan yang terdiri dari daratan utama benua Australia, Pulau Tasmania, dan berbagai pulau kecil di Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik.  Negara-negara yang bertetangga dengannya adalah Indonesia, Timor Leste, dan Papua Nugini di utara; Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru di timur-laut; dan Selandia Baru di tenggara.
Kira-kira 40.000 tahun sebelum pendudukan bangsa Eropa pada akhir abad ke-18, Australia telah dihuni oleh Aborigin, yang menggunakan salah satu dari 250 kelompok bahasa.[5]
Muslim di Australia saat ini berdasarkan sensus dari Australian bureau of statistics (ABS) pada tahu 2001, jumlah muslim di Australia sebesar 281.578 orang, atau 1,5% dari populasi jumlah penduduk Australia. Sedangakn menurut estimasi dari salah satu lembaga Islam New South Wales (SNW) mencapai 300.000 orang.[6]
Sensus juga menunjukkan bahwa muslim di Australia berasal dari berbagai Negara, dengan hanya 20,8% berasal dari Lebanon dan 14.5% berasal dari Turky, sedangkan 64,7% berasal dari sekitar 9 negara (Indonesia, Afganisthan, Bosnia Dsb). Sensus tersebut juga menunjukkan bahwa muslim Australia mempunyai pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan penduduk Australia secara keseluruhan, 21,7% dari muslim Australia yang berusia 15 tahun mempunyai gelar sarjana (bachelor degree) atau lebih tinggi dibandingkan dengan 12,4% dari penduduk Australia keseluruhan. Kesimpulan penting dari hasil statistic ini adalah bahwa anggapan negatif tentang mayoritas Muslim Australia tidak berpendidikan terutama yang berasal dari bangsa Arab adalah tidak besar.

Populasi Islam Australia Setelah Perang Dunia Kedua Menuju Masyarakat Modern dan Majemuk

Jumlah umat Islam Australia modern meningkat dengan cepat setelah Perang Dunia Kedua. Pada 1947 - 1971, jumlah warga Muslim meningkat dari 2.704 menjadi 22.331.
Hal ini terjadi terutama karena ledakan ekonomi pasca perang, yang membuka lapangan kerja baru. Banyak Muslim Eropa, terutama dari Turki, memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari kehidupan dan rumah baru di Australia. Pada Sensus 2006, tercatat 23.126 Muslim kelahiran Turki di Australia.
Migran Muslim Bosnia dan Kosovo yang tiba di Australia pada dasawarsa 1960an memberi sumbangsih penting terhadap Australia modern melalui peran mereka dalam pembangunan Skema PLTA Snowy Mountains di New South Wales. Migran Libanon, banyak dari antara mereka adalah Muslim, juga mulai berdatangan dalam jumlah yang lebih besar setelah pecah perang saudara di Libanon pada 1975. Menurut Sensus 2006, tercatat 7.542 Muslim Australia kelahiran Bosnia dan Herzegovina dan 30.287 kelahiran Libanon.
Muslim Australia sangat majemuk. Pada Sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim di Australia, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 128.904 lahir di Australia dan sisanya lahir di luar negeri. Selain migran dari Libanon dan Turki, negara asal Muslim lainnya adalah:
  • Afganistan 15.965
  • Pakistan 13.821
  • Banglades 13.361
  • Irak 10.039
  • Indonesia 8.656.

Dalam tiga dasawarsa terakhir, banyak Muslim bermigrasi ke Australia melalui program pengungsi atau kemanusiaan, dan dari negara-negara Afrika seperti Somalia dan Sudan.
Masyarakat Muslim Australia saat ini sebagian besar terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne.
Sejak dasawarsa 1970an, masyarakat Muslim telah membangun banyak masjid dan sekolah Islam dan memberi sumbangsih yang dinamis terhadap rajutan multi-budaya masyarakat Australia.[7]
Posisi dan Partisipasi Sosial Umat Islam Sebagai Minoritas
“Sydney truly is the world in one city” (Collins and Castillo 1998). Pernyataan ini muncul karena di Australia terdapat banyak sekali kaum imigran yang terdiversifikasi dalam banyaknya etnis minoritas yang berbeda dan datang dari berbagai negara. Isu imigran seringkali dikaitkan dengan isu etnis crime. Isu tersebut telah menarik perhatian masyarakat Australia sejak tahun 1998-an.[8] Pengangkatan berita secara berlebihan dan sensasional oleh media ditambah adanya kepanikan tersendiri dari masyarakat Australia telah menciptakan stereotype negatif terhadap keberadaan imigran-imigran minoritas sebagai kaum berbahaya yang senang melakukan tindakan kriminalitas, yang berujuang pada rasisme dan prasangka.
Hubungan antara etnis minoritas dan kejahatan yang diangkat media, yang terjadi di Australia, terutama di Sydney seringkali berupa kejahatan gengster, perdagangan narkoba atau perampokan. Namun ada isu kejahatan lain, yaitu kejahatan terorisme yang menyebabkan terjadinya moral panic di kalangan masyarakat mayoritas Australia. Kejadian 9/11, Bom Bali I & II, dan pemboman yang terjadi di Inggris menggemparkan dunia internasional termasuk Australia. Akibat peristiwa ini, keberadaan kaum minoritas Muslim di Australia makin tersudut dengan pandangan dan praduga negatif yang diberikan terhadap mereka. Hal ini disebabkan adanya keterlibatan orang beridentitas Muslim dalam kejahatan-kejahatan terorisme yang terjadi. Ajaran agama yang dianut Muslim secara sederhana dilekatkan dengan terorisme oleh masyarakat, menciptakan stigmatisasi dan generalisasi terhadap kaum Muslim secara keseluruhan. Pencitraan negatif terhadap kaum muslim ini disayangkan mengingat kebijakan Australia yang menjunjung pluralisme dan multikultularisme dalam kehidupan masyarakatnya. Stigma negatif yang melekat pada kaum muslim ini menyebabkan menurunnya kualitas hubungan antara Muslim- Non Muslim Australia, dan di sisi lain meningkatkan adanya diskriminasi, , serta intimidasi, bahkan kekerasan. Kaum muslim di Australia kebanyakan berasal dari Lebanon, Turki, Iran, Irak, Indonesia, Bosnia, dan dari Australia sendiri. Berdasar sensus 2001, jumlah Muslim Australia yang lahir di Australia berkisar 36,5 %, berasal dari berbagai etnis dan negara yang berbeda.[9] Mereka punya identitas sebagai warga negara Australia, namun pada kenyataannya tetap termajinalkan dan dianggap “orang luar” oleh masyarakat mayoritas Australia, apalagi didukung kenyataan bahwa mereka adalah kaum minoritas.
Di sisi lain, tantangan terhadap kaum Muslim di Australia juga berasal dari kaum Muslim itu sendiri. Kebanyakan mereka selama ini masih bersifat komunal. Mereka mengedepankan karakter etnis-agama, yaitu berkelompok sesuai etnis masing-masing.[10] Pengelompokkan ini menciptakan keesklusifan tersendiri dan membuat semacam dinding pembatas mereka dalam berhubungan dengan kehidupan di luar etnis agama mereka. Hal ini akan menyulitkan ketika saat ada isu terorisme yang membuat mereka otomatis akan makin dicurigai oleh kaum mayoritas yang melihat mereka cenderung sebagai “orang luar” dan kaum yang menutup diri.

Sikap Pemerintah Australia terhadap Kaum Minoritas Muslim

Sebagai negara yang menganut prinsip multikultural, Australia telah memberikan ruang yang cukup bagi kaum minoritas Muslim untuk mengekspreksikan keberadaannya. Walaupun tetap, kaum minoritas ini harus melakukan asimilasi nilai dengan budaya barat serta liberalisme yang berlangsung di Australia. Memang sempat terjadi dimana upaya memberantas terorisme yang diupayakan Australia menimbulkan ketidaktenangan psikologis di kalangan kaum minoritas Muslim. Mereka  dibayangi penangkapan tanpa bukti, walaupun mereka merasa tidak terlibat dalam tindakan terorisme apapun. Tapi secara umum, pemerintah telah memperlihatkan itikad baik dalam menjamin hak-hak keagamaan maupun hak lain dari kaum muslim Australia. Di tahun 2006, pemerintah Australia sempat mengadakan festival seni budaya Islam yang melibatkan berbagai etnis agama Islam. John Peneliti senior the Wahid Institute Rumadi, dalam kunjungan delegasi Islam Australia ke Indonesia Mei lalu, berpandangan tahun ini terdapat kemajuan positif. Salah satu indikatornya jumlah tindakan intoleransi dan pelanggaran-pelanggaran atas hak-hak beragama baik yang dilakukan negara maupun non negara.[11] Pada Maret lalu, pemerintah Australia telah merencakan untuk membentuk lembaga Muslim baru yang akan membantu kaum Muslim untuk ikut serta dalam aktivitas perkumpulan dan kemasyarakatan seperti warga lain pada umumnya. [12]

Harapan dan Tantangan Eksistensi Umat Islam di Australia

Kondisi Muslim Australia Pasca Bom London 7 Juli 2005 Tidak lama setelah terjadi peristiwa meledaknya bom di London 7 Juli 2005, pemerintahan Negara Barat segera melakukan kampanye terus menerus untuk memberlakukan undang-undang khusus bagi umat Islam yang tinggal di Negara Barat. Mereka mencoba membentuk opini menyesatkan kepada masyarakat bahwa undang-undang baru tersebut dimaksudkan untuk melindungi dan memerangi bahaya serangan terorisme di Negara mereka. Tetapi tidak bisa dielakkan, agenda tersembunyi dari kampanye tersebut yaitu membidik serta melemahkan Islam dan Muslim di Negara Barat segera terlihat nyata.
Strategi dan agenda tersembunyi yang ditunjukkan oleh Pemerintahan Negara Barat mempunyai banyak kesamaan. Propaganda yang dimulai dengan alasan yang dicari-cari untuk memerangi terorisme, segera diperluas untuk memerangi apa yang mereka sebut dengan pendapat/ide radikal dan ekstrim, strategi ini ditargetkan untuk memecah belah Muslim dengan memberi predikat muslim moderat dan muslim radikal/ekstrim.
Di Australia target juga diarahkan ke sekolah-sekolah muslim, dimana pemerintah akan meninjau kembali kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah tersebut. Rencana ini segera mendapat reaksi keras dari sekolah-sekolah muslim, karena kurikulum yang diajarkan saat ini tidak beda jauh dengan apa yang diajarkan di sekolah-sekolah lainnya, bahkan banyak murid dari sekolah-sekolah muslim tersebut yang mempunyai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah lainnya. Pemerintah juga mengusulkan agar di sekolah-sekolah muslim lebih banyak diajarkan nilai-nilai kemasyarakatan Australia, seperti toleransi, tanggung jawab dan sebagainya, dimana nilai-nilai tersebut juga ada dalam Islam dan sudah diajarkan di sekolah-sekolah muslim tersebut, lebih dari itu sekolah-sekolah muslim dalam kurikulum belajar  tidak pernah mengajarkan tindakan terorisme. Sedangkan di masjid-masjid, pemerintah mengusulkan agar para Imam masjid diberi pengarahan apa yang seharusnya boleh mereka ceramahkan.
Tidak hanya sampai disitu, anggota parlemen dari partai Liberal Bronwyn Bishop mengusulkan agar melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum, karena  jilbab dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan Australia tentang persamaan dan menyebabkan perpecahan di sekolah-sekolah. Usulan ini juga mendapat tantangankeras baik dari muslim maupun non muslim, sebagian besar yang menentang usulan itu mengatakan bahwa tidak ada bukti pemakaian jilbab di sekolah-sekolah menyebabkan perpecahan dan persamaan hak. Kerry Cullen salah satu kepala sekolah menengah umum tingkat atas (SMTA) di Sydney mengatakan bahwa di sekolahnya hanya ada satu orang yang menggunakan jilbab merah kecoklatan dimana warna tersebut sesuai dengan seragam sekolahnya, dan itubukan suatu masalah di lingkungan sekolahnya. Tidak pernah ada laporan negatif dari guru-guru atau murid-murid yang disebabkan oleh pemakaian jilbab. Kepala sekolah lainnya mengatakan bahwa kita tidak pernah melihat adanya perpecahan yang disebabkan oleh pemakaian jilbab, kami melihatnya sebagai sebuah keragaman budaya.

Hambatan Dakwah Islam di Australia

Dunia Islam saat ini sering diwarnai dengan kekerasan, komunitas muslim hampir diseluruh bagian dunia ter-expose dengan kekerasan didalamnya dari dunia paling timur di Afrika, asia dan bahkan di Eropa. Kita melihat kekerasan yang sering diasosiasikan dengan konflik fisik, perang dan terorisme terjadi di Sudan dan Nigeria dimana terjadi konflik antara muslim dan Kristen, di Pakistan dengan konflik perebutan kekuasan para elite politiknya tiada akhir sampai saat ini, di Indonesia menarik perhatian dunia dengan serangkaian kasus bom seperti: bali I dan II dan JW. Marriot, dan kelompok Abu Sayyap and MILF yang meneror daerah selatan phlippina, serta di negara-negara ex-Uni soviet seperti Chechnya and Rusia yang selalu di bayangi oleh gerombolan Chechen. Banyak lagi komunitas-komunitas muslim lain yang intensitas konfliknya tidak juga mereda, seperti di Afganistan, Irak, dan Palestina. Untuk  menganalisa sekian banyak kasus konflik di dunia Islam diatas satu jawaban karena setiap konflik kekerasan mempunyai motif dan latar belakang yang berbeda. Jadi untuk mengatakan bahwa Islam adalah kekerasan bukanlah suatu kesimpulan yang tepat untuk semua kejadian kekerasan tersebut. Akan tetapi kedekatan umat Islam dengan konflik baik dalam internal muslim sendiri atau dengan pemeluk agama lain menyebabkan legitimasi asumsi global akan kedekatan Islam dengan kekerasan.

Upaya Yahudi Menghalangi Dakwah Islam di Australia

Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah rasulullah SAW. Dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah Islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan Yahudi dan Islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini. Padahal pertarungan Islam dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengketaan perbatasan. Musuh-musuh Islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air. Diantara upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masas-masa awal perkembangannya:
  1. Pemboikotan (embargo) ekonomi: kaum muslimin ketika awal perkembangan Islam di Madinah sangat lemah perekonomiannya. Kaum muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta mereka dan kaum anshor yang menolong mereka pun bukanlah pemegang perekonomian Madinah. Oleh karena itu Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk menjauhkan kaum musliman dari agama mereka dan melakukan embargo ekonomi. Para pemimpin Yahudi enggan membantu perekonomian kaum muslimin dan ini terjadi ketika Rosulullah SAW. mengutus Abu Bakar menemui para pemimpin Yahudi untuk meminjam dari mereka harta yang di gunakan untuk membantu urusan beliau dan berwasiat untuk tidak berkata kasar dan menyakiti mereka, bila mereka memberinya. Ketika Abu Bakar masuk Bait Al Midras (tempat ibadah mereka) mendapati mereka sedang berkumpul dipimpin oleh fanhaash toko besar bani Qanuiqa,-yang mrupakan salah satu ulama besar mereka didampingi seorang pendeta Yahudi bernama Asy-ya’. Setelah Abu Bakar menyampaikan apa yang dibawanya dan memberikan surat rosulullah SAW kepadanya. Maka ia membaca sampai habis dan berkata: Roob kalian butuh kami bantu! Tidak hanya sampai disni saja, bahkan merekapun enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang, jual beli dan amanah kepada kaum muslimin. Berdalih bahwa hutang, jual beli dan amanah tersebut adanya sebelum Islam dan masuknya mereka dalam Islam menghapus itu semua. Oleh karena itu Allah berfirman “Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu, dan diantara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, dan dikembalikanya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetaui.(Qs. 3:75) ”
  2. Membangkitkan fitnah dan kebencian: Yahudi dalam upaya menghalangi dakwah Islam menggunakan upaya menciptakan fitnah dan menebar kebencian antar sesama kaum muslimin yang pernah ada di hati penduduk Madinah dari Aus dan Khodzraj pada masa jahiliyah. Sebagian orang masuk Islam menerima ajakan Yahudi, namun dapat dipadamkan oleh Rosulullah SAW. diantaranya adalah kisah yang dibawakan Ibnu Hisyam dalam Siroh Ibnu Hisyam (2/558) ringkas kisahnya: Seorang Yahudi bernama Shaash bin Qais mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis bareng dengan kaum Anshor, kemudian mengingatkan mereka tentang kejadian tentang Bu’ats hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar membawa senjata masing-masing. Lalu hal ini sampai pada Rosulullah SAW maka beliau segera berangkat beserta para sahabat muhajirin menemui mereka dan bersabda: “wahai kaum muslimin alangkah keterlaluanya kalian, apakah(kalian mengangkat dakwa jahiliah padahal aku di antara kalian setelah Allah tunjuki kalian kepada Islam dan memuliakan kalian, memutus perkara jahiliyah dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam serta menyatukan hati-hati kalian. )”
  3. Menyebarkan keraguan pada diri kaum muslimin: orang Yahudi berusaha memasukkan keraguan dihati kaum muslimin yang masih lemah imannya dengan melontarkan syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan kepercayaan mereka terhadap Islam.
  4. Memata-matai kaum muslimin: sejumlah orang Yahudi yang memeluk Islam untuk memata-matai kaum muslimin dan menukilkan berita rasulullah SAW dan yang ingin beliau lakukan terhadap orang Yahudi dan kaum musyrikin.
  5. Usaha memfitnah Rasulullah SAW.

Kesimpulan Realitas Kontemporer Islam dan Keragaman Australia

Islam pada benua Australia, yang hingga sekarang Islam disana tetap eksis dan terus berkembang, Islam di Australia dulunya berasal dari kelompok pengembara dari afghanistan pada abad ke 19 masehi yang pada setiap perjalananya hanya berbekal tikar untuk shalat dan sampai pada benua Australia bagian tengah dan tak beberapa lama mereka menetap dan akhirnya membangun masjid sebagai tempat berkumpulnya muslim di Australia dan lebih pentingnya sebagai tempat beribadah dan pusat kegiatan keagamaan yang biasa disebut dengan (central of activity).
Yang mana di benua Australia tersebut Islam berkembang dengan pesat hal ini dapat di buktikan dengan adanya bagunan untuk pendidikan anak anak muslim di sana dan organisasi organisasi yang mempersatukan umat muslim Australia.
Dan terlihat pula dengan adanya data kependudukan atau sensus yang menunjukkan perkembangbiakan populasi dari umat muslim di australia itu sendiri. Sampai hari ini jumlah umat muslim di benua australia semakin bertambah dan dapat kita ketahui melalui dunia maya dan bisa kita akses di internet.



[1] Kedutaan Besar Australia Indonesia, Muslim Di Australia, Http://www.indonesia.embassy.gov.au /jaktindonesian/muslim_di_australia.html.(diunduh pada hari kamis, 14 november 2013,jam.12.00).
[2] Wikipedia, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Http://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Australia. (diunduh pada hari jum’at 15 november,jam.13.00)
[3] Awaludi wafiyah pimay, Sejarah Dakwah, (Semarang: 2005) hlm 266
[4] AE. Priyono. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Masa Kini. Hlm 278
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Australia
[6] Masyhud, Diktat Mata Kuliah Sejarah Dakwah,(Surabaya 2010). Hlm 115
[7] http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/muslim_di_australia.html
[8] Jock Collins, 2005. Etnic Minorities and Crime in Australia: Moral Panic or Meaningful Policy Responses.
[9] Nuryanti, Sri.  Hubungan Sosial Minoritas-Mayoritas Masyarakat di Australia- Tataran Masyarakat, diunduh melalui http://www.omi.wa.gov.au/publications/seminar/ethnic_minorities_and_Crime.pdf pada pukul 2.06 PM 23 November 2010
[10] Muslim Australia lebih bercorak Etnis Agama, diunduh melalui http://www.wahidinstitute.org/Berita/Detail/?id=124/hl=id/Muslim_Australia_Lebih_Bercorak_Etnis-Agama pada pukul 3.32 23 November 2010.
[11] Muslim Australia lebih bercorak Etnis Agama, diunduh melalui http://www.wahidinstitute.org/Berita/Detail/?id=124/hl=id/Muslim_Australia_Lebih_Bercorak_Etnis-Agama pada pukul 3.32 23 November 2010.
[12] Berita diunduh melalui http://suprichusnul.multiply.com/journal/item/1206 pada 4.31 pm 23 November 2010.

0 Response to "REALITAS KONTEMPORER ISLAM DAN KERAGAMAN AUSTRALIA"

Post a Comment

Kritik dan sarannya dipersilahkan...! No pising, no spam, tidak singgung sara.... :)
"bagikan komentar berpahala, tidak berkomentar tidak berdosa."

Lisensi Creative Commons