Memahami Tarekat

Islamisasi di Indonesia dimulai ketika tasawuf menjadi corak pemikiran yang dominan di dunia Islam, yang mana tasawuf dan tarekat itu menjadi benih-benih dan dasar ajarannya tidak dapat dipungkiri, sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa yang terjadi dalam hidup, dalam Ibadah dan dalam pribadi Nabi Muhammad SAW.

Para Sufi dan syekh-syekh Mursyid dalam tarekat, merumuskan bagaimana sistematika, jalan, cara dan tingkat-tingkat jalan yang harus dilalui oleh para calon sufi atau murid tarekat secara rohani untuk cepat bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pengertian Tarekat


Asal kata tarekat dalam bahasa arab yaitu طرق dibaca toriqoh yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Menurut istilah tasawuf, tarekat berarti perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh secara rohani, maknawi oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Allah SWT.

Menurt syekh Amin al-Kurdi tarekat ialah cara mengamalkan syari’at dan menghayati inti syari’at itu, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa melakukan pelaksanaan dan inti serta tujuan syari’at.[1]

Hubungan Tarekat dengan Tasawuf


Di dalam Ilmu Tasawuf, istilah tarekat tidak saja di tujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seseorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama Islam seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.[2]

Dasar-Dasar Pokok Tarekat


Dasar-dasar pokok tarekat antara lain:

  1. Sebuah hadist Qudsi yang menyatakan “adalah aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah aku supaya diketahui siapa aku, maka ku jadikanlah makhluk, maka dengan Allah mereka mengenal aku.”Menurut tarekat ini, bahwa Allah itu adalah permulaan kejadian, yang awalnya tidak ada permulaan. Allah saja telah ada dan tidak ada yang lain setanya. Dan ingin supaya zatnya dilihat pada sesuatu yang bukan zatnya, sebab itulah dijadikannya segenap kejadian (al-Khaliq). Maka adalah alam ini laksana kaca yang terang bendertang yang disana dapat dilihat zat Allah. Itulah dasar “windatul wujud” yang menjadifaham ahli-ahli tarekat. 
  2. dan menurut firman Allah dalam al-Qur’an yang mana “bahwa jika mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu “tarekat” sesungguhnya akan kami  beri rezeki/rahmat yang berlimpah-limpah.
    Pengertian tentang tarekat ini, sutau sitem untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan adanya Tuhan, dalam keadaan mana seseorang dapat melihatr Tuhan dengan mata hatinya (ainul basyiroh). Sebagaimana hadist yang menyatakan:
    “Manakah tarekat yang sedekat-dekatnya mencapai Tuhan? Yang dijawab rasulullah, tidak lain dari pada dzikir kepada Allah”.[3]

Sejarah Timbulnya Tarekat


Peralihan Tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga  tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang berhasrat mempelajarinya.

Seorang guru tasawuf biasanya memformulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri, sistem pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya dari tarekat yang lain.[4]

Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua arah, yaitu khurasan (Iran) dan Mestopotamia (Irak) pada periode ini mulai timbul beberapa, diantaranya tarekat yasafiah yang didirikan oleh Ahmad al-Yasafi (w. 562H/1169 M), tarekat khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd al-Khaliq al-Ghzudawani (w. 617H/1220 M). tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bauhuddin an-Naqsabandiyah al-awasi al Bukhari (w. 1389 M) di Turkistan, Tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh umar al-Khalwati (w. 1379 M). Karena  banyaknya cabang-cabang tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sangat sulit untuk menelusuri sejarah perkembangan tarekat itu secara sistematis konseptional.

Dalam seluruh tarekat terdapat kegiatan ritual sentra yang melibatkan pertemuan-pertemuan kelompok secara teratur untuk melakukan pertemuan-pertemuan kelompokj secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a, syair dan ayat-ayat pilihan dari al-Qur’an.[5]

Tarekat di Indonesia


Seperti diketahui dari sejarah, masuknya tasawuf dan tarekat ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam. Aliran lembaga tarekat yang masuk ke Indoensia bersamaan dengan memuncaknya gerakan tasawuf international, seperti tarekat khalwatiyah, syattariah, syadziliyah, demikian juga tarekat-tarekat yang lain, yaitu tarekat Qadariyah, Rifa’iyah, idrisiyah, dan yang paling besar dan menyeluruh tersebar di selurh kepulauan Nusantara adalah tarekat Naqsabandiyah.[6]

Aliran-Aliran Tarekat dalam Islam


  1. Tarekat Qadariyah
    Qadariyah didirikan oleh Abd al-Qadir Jailani (470/1077 – 561/1166) atau quth al-awiya, ciri khas dari tarekat qadariyah ini adalah sifatnya yang luas, tidak sempit sehingga tuan syekh atau syekh mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya menuju khadirat Allah SWT guna mendapat keridhoannya. 
  2. Tarekat Syadziliah
    Syadziliyah didirikan oleh Abu al-Hasan Asy-Syadzili (593/1196 – 656/1258). Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang fasiah dan darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabnagnya dikenal secara resmi pada tahun 1985.
  3. Tarekat Naqsabandiyah
    Naqsabandiyah didirikan oleh Myhammad Bahruddin an- Naqsabandiyah al-Awasi al-Bukhori (w. 1389 M) di Turkistan. Terakat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat Muslim di berbagai qilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Siriya, Afganistan dan India.
  4. Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
    Yasafiah didirikan oleh Ahmad al-Yasafi (w. 562H / 1169 M) dan disusul tarekat khawatagawiyah yang disponsori oleh Abd al-Khaliq al-Ghuzdawani (w. 617H/1220 M).  kedua tarekat ini menganut paham tawawuf Abu Yazid al-Bustami (w. 425H/1034 M) dan dilanjutkan oleh Abu al-Farmadhi (w. 477H/1084 M). aterkat Yusafiyah berkembang ke berbagai daerah antara lain Turki..
  5. Tarekat Khalwatiyah
    Tarekat ini didirikan oleh umar al-Khalwati (w. 1379 M) dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai  negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Tarekat khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Qulsheini (w. 940H/1534M) yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang, antara lain Tarekat Sammaniyah yang didirikan Muhammad bin Abd al-Karim as-Samani (1718 – 1775).
  6. Tarekat Satariyah
    Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar (w. 1485) dari india, tarekat ini mementingkan sholat lima waktu, teapi mementingkan shalat parmanen (sholat dhalm). Adapun dasar tarekat ini adalah martabat tujuh yang sebenarnya tidak begitu erat hubungannya praktik ritualnya.
  7. Tarekat Rifa’iyah
    Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’I (1106 – 1182) Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam perlembagaan sufisme, dari segala praktik kaum rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat.
  8. Tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah
    Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadariyah dan Naqsabandiyah. Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di Mekkah pada pertengahan Abad ke 19, tarekat ini merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.
  9. Tarekat Sammaniyah
    Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abd al-Kharim al-Madani Asy-Syafi’I as-Samman (1130–1189 / 1718–1775). Hal menarik dari tarekat ini yang menjadi ciri khasnya adalah corak wahdatal-wujud yang dianut dan syahadat yang terucap olehnya tidak bertentangan dengan syari’at.
  10. Tarekat Tijaniyah
    Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ahmad bin Muhammad al-Tijani (1150-1230H/1737-1815M). bentuk amalan tarekat Tijaniah berdiri dari dua jenis, yaitu wirid wajibah dan wirid ikhtiyariyah.
  11. Tarekat Chistiyah
    Tarekat Chistiyah adaah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini menyebar ke seluruh nkawasan yang kini merupakan wilayah India, pakistan dan Bangladesh. Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat ini adalah Khawajah Mu’in ad-Din Chisti.
  12. Tarekat Mawlawiyah
    Nama mawlawiyah berasal dari kata “mawlana” (Guru Kami). Yaitu gelar yang diberikan murid-muridnya kepada Muhammad Jalal ad-Din ar-Rumi (w. 1273). Oleh karena itu Rumi adalah pendiri salah satu mursyid sekaligus wakil yang terkenal secara internasional dari tarekat ini adalah syekh al-Khabir Helminski yang bermarkas di California, Amerika Serikat.
  13. Tarekat Ni’matullahi
    Tarekat Ni’matulillahi adalah suatu mazhab sufi persia yang segera setelah berdirinya dan mulai berjaya pada abad ke- 8 – 14  mengalihkan loyalitasnya kepada syi’ Islam. Tarekat ini didirikan oleh Syekh Ni’matullai Wal. Tarekat ini secara khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi itu sendiri.
  14. Tarekat Sanusiayah
    Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Ali as-Sanusi. Dalam tarekat ini, dzikir dilakukan bersama-sama atau sendirtian. Tujuan dzikir itu lebih dimaksudkan untuk “melihat Nabi” ketimbang “melihat Tuhan”, sehingga tidak dikenal “keadaan esktatis” sebagaimana yang ada pada tarekat lain.[7]

Tokoh-Tokoh Tarekat di Indonesia


Beberapa tokoh yang di anggap sebagai perintis ajaran tarekat di Indonesia antara lain Hamzah Fansuri (w. 1590), Syamsuddin al-Sumatrani (w. 1630), Nuruddin al-Ramiri (1637 – 1644), Syekh Yusuf al Makassari (1626-1699), Abdul Samae al-Palembani, nafis al-Banjari, Syekh Ahmad Khatib Sambas (w. 1873), Syekh Abdul Karim alBantani, Kyai Thalhah dari Cirebon, dan Kyai Ahmad Hasbulloh dari Madura.[8]

Kesimpulan


Tarekat mempunyai arti jalan atau petunjuk dalam melakukan suatu Ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun-temurun sampai kepada guru-guru secara berantai dalam batasan tertentu mirip dengan syari’at, tarekat, dan hakekat dalam agama Islam.
Di dalam Ilmu Tasawuf, istilah tarekaat tidak saja di tujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seseorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama Islam seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.



[1] Luis Makluf, al-Mujid fi al-Lughat wa al-A’lam Dar al-Masyriq, (Beirut, 1986) hlm. 465

[2] Proyek Pembina Perguruan Tinggi Agama Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf, 1981/1982. hlm 27

[3] Dr. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya, Bina Ilmu, 1973) hlm. 86-87

[4] Proyek Pembina Perguruan Tinggi Agama Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf, 1981/1982. Op.cit. hlm 274

[5] Harun Nasution, Perkembangan Ilmu Tasawuf di Dunia Islam, 1986. hlm. 24

[6] Jhon 0.Voll, Tarekat-Tarekat, hlm. 215

[7] Mulyadi Kartanegara, Tarekat Mawlawiyah, hlm. 321


[8] http://orgawam.wordpress.com/2008/05/01/tareqah-mutabarah-diindonesia

0 Response to "Memahami Tarekat"

Post a Comment

Kritik dan sarannya dipersilahkan...! No pising, no spam, tidak singgung sara.... :)
"bagikan komentar berpahala, tidak berkomentar tidak berdosa."

Lisensi Creative Commons